Surabaya, Seputarperistiwanews.com – Puluhan warga bersama sejumlah perwakilan organisasi masyarakat (ormas) Ikatan Persatuan Putra Madura (IPPAMA) mendatangi Puskesmas Gayungan, Surabaya, pada Selasa (15/7/2025).
Kedatangan mereka merupakan bentuk kekecewaan atas dugaan pelayanan yang tidak tepat terhadap seorang tokoh masyarakat setempat, Eko Prasetyono, yang dikenal sebagai guru di Jamaah Dzikir Semilir Angin Surabaya.
Eko Prasetyono atau yang akrab disapa Abah Eko mengungkapkan bahwa dirinya datang ke Puskesmas Gayungan untuk mencabut gigi yang sakit. Menurut pengakuannya, prosedur penanganan yang dilakukan petugas membuatnya kecewa.
"Saya datang ke puskesmas untuk mencabut gigi. Gigi saya diketok-ketok terlebih dahulu setelah dipastikan tidak sakit, menurut petugas bisa dicabut. Tapi setelah itu baru ditensi, katanya tekanan darah saya tinggi, ditensi dua kali tetap tinggi, dan tidak jadi dicabut. Kalau memang SOP-nya begitu, kenapa tidak ditensi dulu saja? Kalau dari awal saya tahu tidak bisa dicabut karena tensi tinggi, ya saya tidak keberatan cari dokter lain," ujar Abah Eko saat diwawancarai media.
Tak hanya itu, ia juga mengeluhkan buruknya sistem administrasi di Puskesmas. "Saya sudah daftar online, tapi begitu sampai sana, data saya kok bisa berbeda. Alasannya karena komputernya eror," tambahnya.
Abah Eko akhirnya mencabut giginya di salah satu dokter gigi di Sidoarjo pada Rabu (16/7/2025). "Hanya butuh beberapa menit, dan selesai. Tidak ada masalah seperti di puskesmas, sudah bolak balik namun tidak ada solusi," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Puskesmas Gayungan, Herjanti, memberikan klarifikasi. Ia menyebut bahwa pihaknya telah menangani pasien sesuai prosedur.
“Abah Eko sebelumnya memang datang ke puskesmas saat kondisi giginya masih sakit dan bengkak, jadi diberi obat dan disarankan kembali saat sudah membaik. Saat datang lagi pada Senin (14/7/2025), dilakukan pemeriksaan. Giginya tidak sakit saat diketok, tapi tensinya tinggi. Petugas tidak berani mencabut karena bisa berisiko pendarahan,” jelas Herjanti pada Rabu (16/7/2025).
Ia juga menambahkan bahwa petugas hanya mengikuti standar operasional prosedur (SOP) medis yang berlaku. “Kedepan kami akan lakukan sosialisasi melalui posga di RW-RW agar masyarakat memahami prosedur yang harus dilalui,” imbuhnya.
Diketahui kasus ini juga mendapat perhatian dari Wakil Ketua DPRD Surabaya, Baktiar Rifai, yang turut mendatangi Puskesmas Gayungan.
(Ag/SPn)