"Dari Limbah Jadi Karya, Dari Sekolah Jadi Teladan"
Kegiatan ini turut melibatkan seluruh kepala sekolah dari jenjang PAUD hingga SMA Muhammadiyah se-Kabupaten Pasuruan, serta dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup, Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Lazismu, dan Majelis Dikdasmen dan PNF Kabupaten Pasuruan.
Salah satu sorotan utama festival ini adalah parade fashion show dari bahan daur ulang, di mana para siswa-siswi menampilkan karya busana dari plastik kresek, kardus bekas, hingga potongan koran yang disulap menjadi pakaian penuh warna dan pesan moral. Kreativitas anak-anak tersebut tidak hanya memukau, namun juga menggugah kesadaran kolektif tentang pentingnya pengelolaan sampah sejak dini.
Marisa Izzah, S.Pd., M.Pd., Kepala SD Muhammadiyah Bangil, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari strategi pembelajaran berbasis karakter dan lingkungan.
"Kami ingin menanamkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pendekatan kreatif. Anak-anak belajar bahwa barang bekas bisa memiliki nilai jika diolah dengan imajinasi dan kepedulian," jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa sekolah telah menerapkan sistem pemilahan dan pengelolaan sampah sejak dini.
"Kami sudah menyediakan tempat sampah khusus untuk botol plastik. Botol-botol itu lalu kami daur ulang menjadi kerajinan seperti vas bunga dan media belajar interaktif," tambah Marisa.
Apresiasi tinggi disampaikan oleh Drs. Tri Agus Budiharto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan.
"Festival ini adalah bentuk pendidikan holistik. Anak-anak bukan hanya belajar kognitif, tetapi juga ditanamkan rasa empati terhadap lingkungan. Ini bisa menjadi role model pendidikan karakter di sekolah lain," ungkapnya.
Sementara itu, Taufiqul Ghoni, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, memberikan kesan mendalam terhadap aksi nyata yang ditunjukkan oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah Bangil.
"Amazing dan luar biasa. Sekolah dasar ini sudah bisa menampilkan kreativitas dalam pengelolaan sampah menjadi produk bernilai ekonomis. Ini bukan sekadar edukasi, ini aksi nyata," tegasnya.
Lebih lanjut, Ghoni menyebut sekolah ini layak menjadi sekolah percontohan pengelolaan sampah di Kabupaten Pasuruan.
"Anak-anaknya tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik mengolah sampah menjadi barang berguna seperti keset dan bunga hias. Karena masih bulan Juni dan bertepatan dengan momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia, saya akan mengusulkan agar inovasi dari SD Muhammadiyah Bangil ini masuk dalam rangkaian resmi peringatan Hari Lingkungan Hidup Kabupaten," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa edukasi lingkungan sejak dini sangat penting untuk menciptakan perubahan jangka panjang.
"Dengan membiasakan anak-anak mendaur ulang, kita sedang menanam benih kepedulian yang akan tumbuh menjadi gerakan lingkungan yang kuat di masa depan," tutur Ghoni.
Dalam kesempatan yang sama, Ayahanda Samsoni, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bangil, menyampaikan rasa bangganya atas kolaborasi lintas elemen dalam pelaksanaan kegiatan ini.
"Kolaborasi luar biasa ini membuktikan bahwa sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat mampu menciptakan ruang edukatif yang berdampak besar bagi pembentukan karakter generasi muda," katanya.
Rangkaian acara dibuka dengan sambutan dari para tokoh, dilanjutkan penampilan musik dari band wali murid, dan ditutup dengan parade fashion show tematik "Recycle Fest" yang menjadi highlight penuh inspirasi. Seluruh kegiatan berlangsung dengan khidmat, tertib, dan penuh semangat partisipatif dari semua elemen yang hadir.
Melalui Creative Kids Festival 2025, SD Muhammadiyah Bangil tidak hanya menghadirkan pentas seni dan kreativitas, tetapi juga menanamkan pesan besar: masa depan bumi ada di tangan generasi yang peduli dan bertindak sejak dini.
(Reza SB./ARYA)